PAMERAN REPATRIASI - Galeri Nasional
29/11/2023
Pengantar Kurator
oleh Bonnie Triyana
Jauh sebelum Emmanuel Macron menyatakan bahwa benda seni jarahan Prancis dari Afrika harus dikembalikan ke negeri asalnya, Mohammad Yamin sudah mengusulkan hal serupa pada 1951. Suara Yamin memang tidak lantas memicu gerakan museum-museum di belahan barat, khususnya di bekas negara penjajah, untuk mengembalikan artefak yang mereka peroleh pada zaman kolonial. Yamin sendiri tidak sempat menyaksikan bahwa 21 tahun kemudian sejumlah artefak dipulangkan Belanda ke Indonesia.
Pada 1972 keropak Nagarakrtagama kembali ke tanah air. Menyusul enam tahun kemudian arca Prajñaparamita dan sejumlah pusaka Kerajaan Lombok dikembalikan dari Belanda. Pengembalian benda-benda tersebut mengawali babak baru hubungan kebudayaan kedua negara yang sempat membeku akibat konflik di era revolusi kemerdekaan. Pemulangan ke tanah air atau repatriasi pada era 1970-an membuka pintu bagi dialog kedua negara, khususnya dalam bidang sejarah dan kebudayaan pada umumnya.
Tindak lanjut dari pengembalian benda-benda budaya milik Indonesia sempat terjeda selama empat dekade. Pemulangan benda baru terjadi secara antar warga pada 2015 saat keluarga Gubernur Jenderal Hindia Belanda J.C. Baud (memerintah 1833–1836) diwakili oleh cicit buyutnya, Erica Baud mengembalikan tongkat milik Pangeran Diponegoro kepada pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. Dalam acara Pameran Aku Diponegoro yang diselenggarakan di Galeri Nasional Indonesia tersebut, dilakukan penyerahan tongkat disaksikan oleh Harm Stevens, kurator Rijksmuseum yang melakukan penelitian atas tongkat cakra itu.
Kedatangan tongkat tersebut melengkapi koleksi pribadi milik Pangeran Diponegoro setelah tombak, pelana kuda, dan sebuah payung tiba pada 1978. Pada akhir Februari 2020 datang berita dari Kementerian Luar Negeri bahwa para peneliti museum di Belanda telah menemukan sebilah keris milik Pangeran Diponegoro yang berhasil diidentifikasi melalui penelitian ekstensif sejak 1984. Keris berjuluk Naga Siluman itu dibawa oleh Kolonel Cleerens sebagai hadiah untuk Raja Willem I. Setelah penyerahan, keris disimpan di Kabinet Kerajaan untuk barang antik dan setelah lembaga tersebut dibubarkan pada 1883, koleksi keris disebar penyimpanannya ke beberapa museum, termasuk keris milik Pangeran Diponegoro. Pencatatan yang kurang teratur menyebabkan keris sempat lenyap sampai kemudian ditemukan kembali pada 2019.
Pembicaraan mengenai repatriasi artefak dari Belanda ke Indonesia mulai semakin intensif pada akhir 2020. Saat pemerintah Belanda membentuk komisi advis yang dipimpin oleh advokat terkemuka Lilian Goncalvez Ho Kang You. Pembentukan komisi itu disambut pula dengan pembentukan Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nadiem Makarim pada Februari 2021. I Gusti Agung Wesaka Puja ditunjuk sebagai ketua, dibantu oleh seorang sekretaris dan diperkuat oleh tujuh anggota pakar.
Selama hampir dua tahun dua komisi melakukan pembicaraan mengenai repatriasi benda bersejarah yang tersimpan di beberapa museum di Belanda. Dari sejumlah diskusi yang terjadi disepakati bahwa pengembalian benda bersejarah ini tidak hendak memulangkan begitu saja dari museum di Belanda ke Indonesia. Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid menekankan pentingnya aspek produksi pengetahuan dari benda-benda tersebut sehingga pengembalian juga mendorong terciptakan kerjasama penelitian antarpeneliti kedua negara.
Pada Juli 2022, surat permintaan pengembalian pertama dari pihak Indonesia diserahkan oleh Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid kepada Dirjen Kebudayaan Belanda Barbera Wolfensberger yang mewakili Sekretaris Negara Bidang Kebudayaan dan Media Gunay Uslu. Surat tersebut memuat delapan koleksi yang harus dipulangkan ke Indonesia, yakni Alquran Teuku Umar, keris Kerajaan Klungkung, arca Singhasari, pusaka Kerajaan Luwu, pusaka Kerajaan Lombok, koleksi seni Bali Pita Maha, tali kekang kuda Pangeran Diponegoro, dan fosil Homo erectus temuan Eugene Dubois atau yang dikenal sebagai “Java Man”.
Setahun kemudian, Juli 2023 Sekretaris Negara bidang Budaya dan Media Belanda Gunay Uslu melakukan serah terima benda dengan Dirjen Kebudayaan Indonesia Hilmar Farid di Museum Volkenkunde, Leiden. Benda yang dikembalikan antara lain pusaka Kerajaan Lombok, keris Kerajaan Klungkung, empat arca Singhasari, dan koleksi seni Pita Maha. Arca Singhasari datang lebih dahulu pada 17 Agustus 2023 sementara pusaka Kerajaan Lombok dan keris Kerajaan Klungkung baru tiba pada 9 November 2023, sehari sebelum perayaan Hari Pahlawan yang mengangkat Raja Klungkung Ida Dewa Agung Jambe, sang pemilik keris sebagai Pahlawan Nasional. Untuk koleksi seni Pita Maha pengiriman akan dilakukan pada akhir tahun 2023.
Sebagai bagian pertanggungjawaban publik, Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia menyelenggarakan Pameran “Repatriasi: Kembalinya Saksi Bisu Peradaban Nusantara”. Dalam pameran ini akan diperlihatkan benda-benda hasil repatriasi sejak era 1970-an sampai sekarang.
Pameran ini tak hanya memperlihatkan benda-benda mati saksi peradaban bangsa Indonesia, melainkan pula menyuguhkan pengetahuan yang terkandung di dalamnya: bagaimana riwayat benda, konteks historis keberadaannya, dan kisahnya “tersandera” di negeri penjajah selama ratusan tahun. Melalui pameran ini diharapkan generasi muda dan masyarakat pada umumnya bisa belajar sejarah kolonialisme di Indonesia serta bagaimana perlawanan terhadap dominasi kolonialisme itu sendiri.
Keberadaan benda tersebut di Indonesia juga mengalami pertukaran makna: semasa di Belanda koleksi tersebut dipasang sebagai wujud kedigdayaan dominasi bangsa Belanda atas jajahannya, sementara di Indonesia koleksi tersebut memberikan bantuan kepada kita untuk memahami peradaban bangsa Indonesia di masa lalu.
Ada banyak pihak yang terlibat dalam proses repatriasi ini. Terima kasih ditujukan kepada Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid, Plt. Kepala BLU Museum dan Cagar Budaya Ahmad Mahendra, Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda, staf Museum Nasional Indonesia dan Galeri Nasional Indonesia, serta masyarakat, khususnya Bali dan Lombok yang telah merestui penyelenggaraan pameran atas koleksi yang berasal dari daerahnya.*
Ditulis oleh :